Notes

Kegiatan utama dari kelompok keturunan adalah melakukan ritual pemujaan leluhur, seperti ritual pada hari peringatan yang dilakukan di dalam rumah, dan ritual yang dilakukan di pemakaman setiap setahun sekali. Para anak yang merupakan keturunan langsung dari leluhur tersebut sampai ke cicitnya bersatu untuk membuat pemujaan leluhur dan kelompok tersebut disebut sebagai kelompok penerus.

Upacara pemakaman bagi kakek buyut dilaksanakan di rumah keturunan garis langsung. Dia yang merupakan keturunan garis langsung disebut sebagai jongson yang juga merupakan pusat dari kelompok keturunan tersebut. Setidaknya, para keturunan garis langsung melakukan delapan ritual untuk leluhurnya di setiap upacara peringatan tertentu, yakni upacara peringatan orang tuanya, upacara peringatan kakek neneknya, upacara peringatan buyutnya, dan upacara peringatan kakek buyutnya. Kemudian ada tambahan dua kali upacara ritual pada tahun baru, "sol", dan Hari Thanksgiving pada 15 Agustus (chuseok).

Upacara pemakaman leluhur dilaksanakan pada tengah malam pada hari peringatan. Disediakan papan dari kayu untuk leluhur atau secarik kertas dengan nama dan gelar leluhur. Benda tersebut adalah tempat dimana arwah dari leluhur masuk. Di depena arwah leluhur, disediakan banyak aneka makanan. Terdapat dua jenis, yakni meja 3 hidangan atau meja 5 hidangan. Dalam meja 3 hidangan berartu mejanya memiliki tiga hidangan utama, sup kental yang dibuat dari daging, ayam, dan ikan. Sementara meja 5 hidangan disajikan 5 hidangan yang berbeda.

Prosesnya ritualnya berupa pelaku ritual, yakni keturunan garis langsung, menuangkan sedikit wine ke calma secangkir beras, yang melambangkan surga dan kematian, atau alam semesta pada umumnya. Pada saat ini dia memanggil arwah tersebut untuk datang ke meja yang telah disediakan. Keturunan garis pertama mendedikasikan gelas pertama untuk leluhur dan kemudian dia berbungkuk ke arah meja. Kemudian dia membacakan sebuah kalimat. Gelas kedua didedikasikan dari anak laki-laki kedua atau istrinya dari garis keturunan langsung. Gelas ketiga didedikasikan oleh salah satu tetua yang berpartisipasi. Setelah itu seseorang mengisi gelas dengan wine dan membuka penutup dari mangkuk nasi. Lalu para partisipan akan pertinent atau membalikkan tubuh untuk membiarkan leluhurnya makan. Ketika para peserta kembali ke ruangan dan menuju meja, mereka menukarkan semangkuk sup dengan semangkuk teh. Para peserta mengambil wine, daging, dan buah sebagai symbol berbagi makanan dengan leluhur.

Mereka mempunyai kewajiban untuk berduka, dan terdapat lima cara yang berbeda. Yang pertama adalah waktu berduka selama tiga tabun dan menggunakan pakaian paling sederhana. Pakaiannya dipakai ketika orang tua atau pasangan menginggal. Yang kedua adalah waktu berduka selama satu tahun dan menggunakan pakaian yang sederhana. Yang ketiga adalah adalah berduka selama sembioan bulan menggunakan pakaian yang sedikit sederhana dari tingkat kedua. Yang keempat hanya berlangsung selama lima bulan dengan pakaian yang semakin sedikit sederhana. Dan yang keliga hanya selama tiga bulan dengan menggunakan pakaian yang paling sedikit sederhana.