Notes

Senin, 13 Agustus 2018, di sebuah kantin kantor percetakan, terdengar perbincangan antara dua orang sahabat karib. Mereka duduk santai sambil berhadapan setelah selesai makan siang.

Shingo: “Mewarisi uang berjumlah milyaran tidak selamanya menyenangkan. Aku sampai pusing memikirkannya. Kau ingat dengan pelayan yang bekerja di rumahku?”
Kazumi: “Ya, menurutku dia pria yang ramah.”
Shingo: “Jangan tertipu. Pria tua itu, aku 'kan memecatnya beberapa hari setelah aku mendapat warisan ayah, dan dua hari yang lalu, dia berani-beraninya datang untuk menagih bagiannya. Katanya, ayah pernah membuat surat warisan lain, dan dalam surat itu menyatakan kalau ia mendapat 30% dari warisan ayah. Aku cukup shock dengan kejadian itu. Apalagi, seminggu sebelum ayah meninggal kami sempat bertengkar hebat, jadi kurasa masuk akal jika ayah memotong warisanku.”
Kazumi: “Lalu bagaimana?”
Shingo: “Pria tua itu, mantan pelayanku, mengatakan kalau surat warisan ayah yang baru dibuat tanggal 31 Juni, sehari setelah surat warisan yang lama dibuat, dan diakui secara hukum.”
Kazumi: “Dan kamu memberikannya?”
Shingo: “Dia tidak terlalu pandai menipu, jadi kubayar dia dengan melempar koleksi panci yang ada di dapur.”
Kazumi: “Baguslah. Aku sangat setuju denganmu.”

Dari mana Shingo tau kalau mantan pelayannya itu menipu?