Notes

Sebelum sekolah di Hogwarts, saya lebih sering mendapat didikan dari ibu saya yang memilih untuk tidak bekerja. Ayah juga, namuan beliau bekerja dan sudah biasa ketika sering pulang malam. Karena saya juga merupakan anak tunggal, maka orang tua saya yang memiliki peran utama.

Saat masih muda dan begitu ayah mendapat jatah berlibur, ayah selalu mengajak saya dan ibu untuk mengunjungi dunia muggle dan menikmati tempat wisata yang ada. Mereka tidak takut mengajak saya yang saat itu masih muda karena justru liburan tersebut dijadikan sarana untuk mendidik saya mengontrol penggunaan sihir di depan muggle secara langsung.

Tiap saya berhasil mengontrol sihir, maka orang tua saya selalu memberi hadiah berupa satu kotak cokelat. Namun ketika saya berbuat kesalahan, mereka melarang saya bermain dengan teman-teman satu perumahan sampai saya bisa kembali mengontrol kemampuan sihir saya. Waktu kecil saya dapat dibilang gendut karena kebanyakan makan cokelat, Profesor. Namun untungnya sekarang sudah tidak lagi. Saya sudah berubah jadi pemuda yang tampan sekarang, hehe.

Orang tua saya juga tidak benar-benar melarang saya menggunakan tongkat sihir saat saya masih muda. Saat saya berumur tujuh tahun dan saat itu berada di ruang tamu, ayah saya memperkenalkan dan membolehkan saya memegang wand miliknya yang jenisnya Alder dan mengayunkannya. Alhasil, semua material kaca yang ada di ruang tamu menjadi hancur. Hal itu tidak membuatnya marah, justru orang tua saya tetap ingin mengenalkan tongkat sihir kepada saya namun hanya untuk menggenggam dan melihat saja, tidak sampai digunakan.

Kira-kira begitulah cara keluarga saya mendidik saya sebelum sekolah, Profesor.