Notes

Nama:
Jeon Sangyun, MBA, MSc

Alias:
Hasegawa Keisuke, Kay Hasegawa

Lahir:
Korea Selatan, 1994 (selengkapnya menyusul)

Gender:
Female

Faction:
Favoritism

Status:
Bertunangan dengan diri sendiri. Jangan tertawa. Ini sungguhan.

Pekerjaan:
Akademisi Universitas Silla (siang) dan pelacak (malam)

Latar belakang:
Ilmu pengetahuan adalah cinta pertamaku. Masa kecilku diisi dengan berkubang dalam perjuangan dan persaingan akademis agar cintaku dapat terbalas. Aku tidak terlahir sebagai dosen, peneliti, penulis, dan pembicara dengan gelar ganda di bidang ekonomi dan sosiologi. Aku memperjuangkannya.

Tidak seperti adik perempuan dan saudara kembarku, menjadi makhluk sosial bagiku adalah tantangan ekstra berat. Manusia membuatku lelah. Aku membenci mereka. Aku membenci bagaimana saudara-saudariku menjalin persahabatan dan mencuri hati semua orang dengan mudahnya. Di sisi lain, aku punya bakat kecil menarik tentang manusia. Atau kelemahan, tergantung bagaimana kau memandangnya: Aku, selalu mampu memandang seseorang secara utuh bahkan pada pertemuan pertama. Keindahan dan kebusukan mereka terhampar di mataku. Sulit bagiku membenci tanpa menyayangi adikku, misalnya, atau menyayangi tanpa membenci ayah-ibuku.

Kenikmatan cinta dan benci buta tidak berlaku untukku.

Nama-nama manusia yang menyentuh hatiku dapat terhitung sebelah jari tangan. Yang pertama, adalah bajingan Ryu Heeyeol. Maafkan bahasaku. Tapi begitulah ia. Ryu kepala pelayan jangka panjang keluargaku. Ia bertemu dengan ayah sebelum aku lahir. Pada hari yang kukira adalah kiamat hidupku, bukan keluargaku, tapi Ryu-lah yang mendampingiku.

Hari itu usiaku dua belas tahun dan sebuah sepeda motor yang melaju kencang menghantamku. Ambulans datang membawaku pergi dengan segera. Bukan ke rumah sakit, tapi ke markas sekelompok penculik amatir. Mereka berusaha mencongkel bola mataku dan mengais organ-organ tubuhku. Kau tahu, untuk dijual. Bukan dimakan. Haha.

Di rumahku, hanya Ryu yang menyadari aku tidak menelepon bahwa aku akan pulang terlambat. Ia mendengar dari warga tentang kecelakaan itu dan menghubungi setiap rumah sakit terdekat hingga akhirnya, kantor polisi. Seisi tubuhku berhasil diselamatkan tepat waktu, kecuali bola mataku. Ryu mencari donor mata dan taraaaaa, sejak itu aku memiliki dua mata hijau cantik yang dipuja para mahasiswaku di sosial media.

Oh ya, hari itu juga yang telah melahirkan fobiaku pada rumah sakit. Fobia mungkin bukan istilah yang tepat, tapi lebih pada keinginan tidak rasional untuk membakar setiap rumah sakit dan ambulans yang melintas, kau tahu?

Apa sekarang kau bertanya-tanya sejak kapan Ryu menjadi orang jahatnya?

Yah, butuh waktu yang lama sebelum aku dapat memberi bukti memuaskan pada diriku akan kejahatannya. Ia pria yang amat terampil, sehingga menyenangkan untuk menjadi teman dan muridnya. Sampai ia merekrutku dalam rencananya untuk membunuh ayahku. Benar, gila bukan? Tapi kuakui, alasannya cukup substansial.

"Kau anak baik, Sangyun. Jika kau tahu sebanyak yang kutahu, kau akan muak padanya juga. Aku tidak tahu bagaimana kau merasa, tapi kau tidak pernah terlihat menjadi bagian keluarga ini. Kau bisa membantuku, lalu ikut bersamaku agar aku bisa menunjukkan petualangan dan kebenaran menakjubkan dan mengerikan dari dunia padamu."

Aku tidak mengerti mengapa kita tidak boleh membunuh orang yang pantas dibunuh. Aku tidak mengerti mengapa kita harus berjalan berhati-hati dengan menyeret koper berat di bandara jika kita bisa menabrak semua orang dan menindas kaki-kaki jelek mereka saja. Mungkin adikku Hyesa memang benar, aku dilahirkan menjadi pemeran antagonis kisah ini.

Sebelum tokoh antagonis ini kehilangan kesempatan untuk menyampaikan cerita dari sudut pandangnya, aku akan memberitahumu perbuatan heroikku. Aku berkolaborasi dengan Ryu lalu mengkhianatinya. Aku tidak tahu apa yang membuatku berpihak pada ayahku.

Sayang sekali, rencanaku tidak begitu sempurna. Meski ayahku selamat, Ryu berhasil mencelakakan kembaranku yang manis, Sangjun. Wajah tampannya baik-baik saja, hanya ingatannya yang hilang, membuat Hyesa kecil menangis tercabik-cabik. Haha.

Cerita sedih pertama di sini adalah berkabungnya ibuku. Aku mendengarnya melolong seakan Sangjun telah mati. Saat ia mengira tidak ada yang mendengar, ia terus menggumam pada dirinya betapa ia menyesal menjadi seorang ibu. Karena rasanya dapat sangat menyakitkan. Gumaman dan lolongannya menjadi konten mimpi burukku selama berbulan-bulan. Kisah sedih kedua, wahai pembaca, hati orangtuaku hancur bukan hanya karena Sangjun yang malang, tapi karena mereka percaya hanya pada satu kebenaran yaitu aku benar-benar bersekongkol dengan Ryu Heeyeol untuk membunuh mereka. Menyedihkan, benar?

Dengan bijaksana, ayah dan ibu berbicara empat mata (secara teknis, enam mata) untuk mengusirku dari hadapan mereka selamanya. Sangjun dan Hyesa hanya tahu bahwa aku melanjutkan kuliah di Swiss. Mereka juga tidak tahu kisah di balik kecelakaan Sangjun. Tapi mereka menyadari aku tidak pernah menemui ayah dan ibu kami lagi setelah itu.

Di sela-sela mengejar gelar pascasarjanaku, aku juga memburu Ryu Heeyeol. Bukan karena ia berusaha membunuh ayah dan mencelakai kembaranku, tapi sebab ia membuat orangtuaku tidak lagi mempercayaiku. Butuh banyak ilmu dan keterampilan untuk menemukan Ryu. Aku mendapatkannya dari berbagai guru di sana dan sini. Aku belum mahir sekali dan masih banyak dipengaruhi oleh emosi, tapi setelah memburu Ryu, kuakui karir perburuan amat menggelitik minatku.

Aku egois. Tapi kau sudah tahu itu. Aku ingin melacak dan berburu tanpa melukai rekam jejakku sebagai akademisi terhormat. Itu hanya dapat kulakukan di satu tempat di dunia ini: Kota Silla, dengan politik dualismenya yang menggoda. Ah, Hyesa juga berkuliah di sana sekarang. Kuakui, adik kecilku bertambah menarik sekarang. Kudengar Sangjun juga menuju Silla. Apa ayah dan ibu menyuruhnya ke sini untuk melindungi Hyesa dari kakak perempuannya yang jahat?

Haha. Aku tidak pernah begitu bersemangat bertemu dengan saudara-saudariku sebelumnya. Aku datang, Kota Silla!

Impian di Silla City:
Aku sudah memiliki semua yang bisa diminta seorang Jeon Sangyun: Gelar akademik untuk membuktikan diri pada keluarga dan teman sekolahku, (dua!) pekerjaan yang memuaskan bakatku, dan kepala Ryu Heeyeol! Aku ada di Silla untuk menikmati semua yang kumiliki.

Bucket list:
1. Berbicara sebagai narasumber ahli di program berita televisi Kota Silla
2. Menyelenggarakan penelitian terkait pengaruh politik dualisme Kota Silla terhadap visi hidup mahasiswa Universitas Silla
3. Menyetel album Radiohead sebagai musik selamat datang dan selamat jalan di kelas
4. Merenung sembari berbaring di atas rumput: Perlukah aku mengambil program PHd....
5. Menerima 3 kasus pelacakan sebulan
6. Mengisengi adikku lagi, seperti masa lalu
7. Membuat orangtuaku panik entah dengan cara apa terhadap keselamatan Hyesa di tanganku
8. Tidur seharian di perpustakaan
9. Belajar memotret dari entah siapa
10. Belajar melakukan /juggling/ dari entah siapa dan entah untuk apa, hanya ingin saja
11. Mendeklarasikan pernikahanku dengan diriku di atas yacht dan di bawah gemintang, tentu saja!

Hobi dan cita-cita:
Hobiku? Aku membaca apapun. Jurnal ilmiah, biografi, novel romantis, fiksi sejarah, komik pahlawan super. Aku menonton film seperti aku membaca: Apapun. Selain itu, aku mendapati kesenangan tersendiri dalam duduk diam (di taman, pusat perbelanjaan, menara tinggi, sudut toilet umum, di manapun) seraya menyesap air putih lamat-lamat dan mengamati kelakuan manusia. Oh, dan apakah kau familiar dengan mimpi lucid? Aku melakukannya cukup sering untuk dapat disebut hobi.

Cita-citaku adalah selalu menjadi diriku sendiri dan tidak pernah menyia-nyiakan potensi yang kumiliki.

Binatang peliharaan:
Ya! Aku punya. Sepasang Orcinus orca bernama A dan Z, burung phoenix bernama X, dan kerberos bernama Hades. Tenang saja, mereka semua makhluk imajinasiku. Seperti kata Profesor Dumbledore, karena mereka hanya ada dalam kepalamu, tidak berarti mereka tidak nyata.

Mau bertanya mengapa aku tidak memelihara binatang sungguhan? Karena kau tidak bisa memelihara paus pembunuh, burung imortal, dan anjing berkepala tiga sungguhan! Humph.

Daya tarik Silla City (OOC):
Of course! Konsep dualisme Silla seperti angin segar di tengah datang dan perginya CA AU bertema kota kriminal (yang luar biasa diminati namun juga bisa jadi membosankan). Selain itu, menurut saya ada beberapa regulasi cerdik dari Silla yang sangat membantu para anggota. Seperti pelegalan IC Talk sebagai tanda keaktifan dan saling ulas plot di antara anggota.