Notes

Nama lahir: Jeon Soo Yeon
Alias: Sofia Jeon, Sofia Hasegawa
Face claim: Lee Young Ae/Zhang Ziyi
Tanggal lahir: Shenzheng, 17 Agustus 1973
Profesi: Filantropis (day) dan human trafficker (night)
Latar belakang:

Dua puluh lima tahun lalu aku tidak dapat membayangkan diriku sebagai seorang istri, apalagi ibu dari tiga anak mengagumkan. Aku hanya ingin bekerja dan bekerja, hingga orangtuaku tidak perlu tidur dengan perut kosong dan saudara-saudariku tidak akan dicemooh lagi di lingkungan kami. Nyatanya, hidup memberiku banyak kejutan.

Aku tengah berada di puncak karirku sebagai aktris film laga tradisional ketika aku bertemu pria Jepang ini. Maaf, pria ini menemukanku. Dapat dikatakan, ia penggemarku. Penggemar yang bersikukuh menikahi idolanya. Syarat pernikahan apa pun yang kubuat untuk menghalaunya, ia selalu dapat memenuhinya. Bagaimana seorang wanita diharapkan untuk menolak pemujaan sedemikian rupa?

Aku menikahi Hasegawa di Hollywood, Los Angeles, musim panas 1993. Ya, itu bagian dari permintaanku. Andai aku bertahan di industri perfilman, aku selalu bermimpi untuk berperan di Hollywood. Tapi Hasegawa sungguh murah hati. Ia pria yang mampu memenuhi tiap kebutuhanku dan keluargaku. Sebagai tanda terima kasih, aku berhenti dari karir lamaku dan membantu pekerjaan Hasegawa di perusahaannya.

Sebagai pebisnis, aku lebih lincah dan nekat dibanding suamiku. Tidak sekali Hasegawa mengingatkanku dengan lembut atas keputusan-keputusanku yang terkesan agresif. Banyak orang lain pun menganggapku impulsif. Kebenarannya, tidak! Aku hanya terlahir berpikir kilat. Walau begitu, di belakang koleganya, diam-diam Hasegawa selalu mempercayaiku. Terlalu mempercayaiku.

Aku melahirkan putri bungsu sekaligus buah hati ketigaku, Aiko, ketika perekonomian Asia menyentuh krisis masif di tahun 1997. Aku dan Hasegawa berjuang dengan darah dan keringat kami untuk bertahan. Hasegawa berpikir itulah ajal bagi bisnis kami. Aku, sebaliknya, memiliki imajinasi yang lebih tinggi dan optimisme yang mustahil. Aku melobi para bos kriminal dengan menawarkan fasilitas dan keleluasaan yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Kesengsaraan pernah menimpa keluarga tempatku dilahirkan. Aku bersumpah, kesengsaraan yang sama tidak boleh menemui keluarga yang kulahirkan. Akan kujual jiwaku, jika perlu, untuk tidak mengingkari sumpahku.

Setelah krisis berlalu, warisan perbuatanku masih bertahan. Bisnis kami melanjutkan kerja sama mensponsori penyelundupan tenaga kerja dan komoditas ilegal. Selain aku dan sekelompok kecil nama, tidak ada yang tahu pasti siapa yang memulai kerja sama ini. Tidak juga Hasegawa. Setiap kali aku memandang suamiku, aku dapat percaya bahwa pria brilian ini mengetahui perbuatan yang dilakukan tangan kotorku. Tapi ia tidak melakukan apa-apa selain terus mencintaiku.

Jangan salah memahamiku, pembaca. Aku melakukan segala yang mampu diberikan kekuasaanku untuk tidak menjadi manusia jahat. Kriminal, mungkin ya. Tapi aku tetap seorang ibu. Aku berusaha memberikan perjalanan semanusiawi mungkin pada para pekerja yang kami selundupkan. Aku memastikan keberadaan selimut kering, makanan hangat, dan nasehat bersahabat untuk orang-orang yang kurang beruntung itu. Aku tetap seorang ibu. Juga, aku ingin tetap menjadi wanita yang pantas dicintai suamiku yang mulia.

Semua usaha keras itu dan aku tidak pernah menganggap diriku tak pernah bersalah. Karma pantas mendatangiku. Aku hanya tidak mengira ia dapat terasa begitu keras dan menyakitkan bagi wanita besi sepertiku. Aku telah meremehkan karma.

Karma pertama datang dengan tragedi yang menimpa Ryosuke-ku, putra manisku, tersayang. Dalam hatiku aku begitu ketakutan, karena dari ketiga buah hatiku Ryosuke lah yang paling menyerupai ayahnya. Apakah itu pertanda karma mengincar suamiku berikutnya? Anak-anakku tidak pernah menetahuinya, tapi aku menangis setiap malam dalam pelukan Hasegawa sampai Ryosuke sadar dari komanya. Bahkan setelah ia sadar ... oh, demi dewa-dewi! Dosaku telah membuat putraku tidak mengenaliku lagi.

Aku bekerja lebih keras untuk meringankan kepedihan jiwaku. Aku meninggalkan makan dan tidur hingga kepedihan di jiwaku merambat ke fisikku. Keluargaku mengkhawatirkanku. Demi mereka, aku berjuang kembali sehat di permukaan. Apa yang tidak pernah mereka ketahui adalah kepedihan itu masih hinggap di sana dan mengunyahku perlahan-lahan dengan menyakitkan. Aku mengidap kanker. Aku tidak berencana untuk sembuh. Aku tidak ingin Hasegawa mengetahui itu.

Empat puluh lima tahun adalah waktu yang melelahkan untuk menderita dan berbahagia. Lelah, karena tidak seperti kebanyakan orang yang menjalani kehidupan, aku melaluinya dengan berlari. Aku mengoper sebagian besar tanggung jawabku di perusahaan bodoh yang sudah menyita tahun-tahun kehidupanku dan pergi menebus dosaku. Aku pergi ke Kota Silla untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama putri beliaku. Kudengar ia menjalani sebuah "karir malam". Ingin kuberi ia sebanyak mungkin kebijaksanaan yang kubisa. Juga, untuk menjauhi Hasegawa. Ia harus belajar untuk terbiasa membuka mata di pagi hari tanpa aku lagi di sisinya.

Duniaku dan keluargaku tidak boleh jatuh sengsara sepeninggalku. Dan kehidupan yang luar biasa telah mengajari Jeon Soohyeon yang beruntung ini pelajaran berharga bahwa kesengsaraan hadir tidak hanya dari kemiskinan harta benda.