Notes

Amity 2nd Task
by Tiffany Hwang (@stephwangie89) - AMI-G148



Kebiasaan & Manifesto Amity



1. Kebiasaan:
Amity adalah faksi yang mencerminkan kebahagiaan & cinta damai antar sesama manusia. Oleh karena itu, orang-orang dari faksi ini menyukai baju yang berwarna cerah seperti merah, hijau, & kuning. Warna terang tersebut sebagai simbolisasi bahwa Amity memandang hidup sebagai sesuatu yang positif & cerah. Mereka juga suka seni, musik, & tertawa. Pelukan adalah khas Amity untuk menunjukan salam mereka.




2. Manifesto Amity



• Percakapan mengenai Kedamaian



- Kepercayaan.

Seorang anak laki-laki mengatakan ini kepada ibunya: “Ibu, hari ini aku berkelahi dengan temanku."

Ibunya berkata: “Mengapa kau berkelahi dengan temanmu?"

“Karena Ia menuntut sesuatu dariku, dan aku tak akan memberikannya."

“Mengapa kau tak memberikan hal itu kepadanya?”

“Karena itu adalah milikku.”

“Anakku, sekarang kau memiliki harta, tetapi tidak mempunyai teman. Yang mana yang akan kau pilih?

“Temanku.”

“Kemudian berilah secara cuma-cuma, percayalah bahwa kau juga akan diberikan apa yang kau butuhkan.”



- Self-Sufficiency



Seorang anak perempuan mengatakan ini pada ayahnya: “Ayah, hari ini aku bertengkar dengan temanku."

Ayahnya berkata: “Mengapa kau bertengkar dengan temanmu?”

“Karena dia menghinaku, dan aku marah kepadanya."

“Mengapa engkau marah?”

“Karena Ia berbohong mengenai sesuatu tentang diriku” (Dalam versi lainnya: “Karena aku terluka terhadap perkataannya.”)

“Anakku, apakah perkataan temanmu merubah dirimu?”

“Tidak.”

“Kalau begitu jangan marah. Opini orang lain tidak akan menghancurkan dirimu.”




- Pengampunan



Seorang suami berkata pada istrinya: “Istriku, hari ini aku bertengkar dengan musuhku.”

Istrinya berkata: “Mengapa engkau bertengkar dengan musuhmu?”

“Karena aku membencinya."

“Suamiku, mengapa engkau membencinya?”

“Karena Ia menyalahkanku.”

“Kesalahan adalah masa lalu. Kau harus biarkan dimana itu berada."



- Kebaikan



Seorang istri berkata pada suaminya: “Suamiku, hari ini aku bertengkar dengan musuhku."

Suaminya berkata: “Mengapa engkau bertengkar dengan musuhmu?”

“Karena aku mengatakan kalimat yang kejam padanya."

“Istriku, mengapa engkau mengatakan kalimat yang kejam padanya?"

“Karena aku percaya apa yang kukatakan itu benar.”

“Kalau begitu kau tak boleh berpikiran tentang hal yang kejam. Berpikiran kejam membawamu ke perkataan yang kejam, dan menyakitimu seperti juga menyakiti musuhmu.”

(Sesi selanjutnya adalah bagian dari manifesto yang pertama, tetapi dihapuskan setelahnya.)



- Keterlibatan


Seorang teman berkata kepada temannya yang lain: “Teman, hari ini aku bertengkar dengan musuhku."

Temannya yang lain berkata: “Mengapa engkau bertengkar dengan musuhmu?”

“Karena dia akan menyakitimu.”

“Temanku, mengapa engkau membelaku?”

“Karena aku mencintaimu.”

“Maka aku bersyukur.”