Notes

Lagi-lagi SBM yang menjadi masalah sekarang. Jujur, setelah dapat 'umpan' dari tweet menfess tadi, entah apa yang saya rasakan sekarang.
Saya, 2x gagal SBM. Akhirnya saya harus ambil PTS, sekaligus kerja. Nggak, saya nggak menyesal atau merasa terpaksa sama sekali. Saya juga turut bahagia untuk yang keterima di PTN, karena saya rasa mereka pasti lebih layak dari pada saya.
Sekali lagi, saat saya liat thread seperti yang dikirim menfess tadi. Jujur, saya kecewa. Sangat kecewa.
Memang di peraturan tidak dituliskan "dilarang iseng dan coba-coba", memang di peraturan seperti itu. Memang di peraturan universitasnya seperti itu. Dan memang nggak ada yang bisa larang kalau nggak ada peraturan begitu.
Tapi yang saya mau bicarakan, nggak tahukah kalian? Wahai para 'pembuang label lulus SBM'. Di setiap tempat, di setiap hal, di mana kalian berada. Peraturan itu pasti ada, tertulis maupun tidak tertulis.
Memang terkadang peraturan tertulis lebih bisa 'menang' dari pada tidak tertulis. Tapi tolong, tolong dilihat dari sisi lainnya juga. Jangan hanya terpaku pada 'yang tidak lulus, tidak layak PTN'. Setidaklayak itukah kita para pejuang SBM yang tidak lulus?
Jujur, saya merasa sedikit direndahkan. Memang terdengar basi jika berbicara "kenapa ikut padahal gak minat?" Karena kita pada hakikatnya pasti merasa iri dengan orang-orang yang diterima, di sisi lain merasa kesal karena orang itu nggak ambil apa yang udah Tuhan kasih buat mereka istilahnya.
14 dari 17 orang lulus SBM di univ ternama dan gak ambil, karena udah kerja katanya. Lantas mengapa ikut? Agar kalian para pekerja bisa dikatakan layak untuk bekerja dan layak masuk PTN meski hanya ISENG?
Mencari dan menimba ilmu nggak sebercanda itu. Mari berandai-andai, jika ketujuhbelas orang iseng tersebut tidak ikut SBM, perubahan kecil akan terjadi. KECIL memang, tetapi tetap membawa perubahan.

Di peraturan memang tidak ada, tetapi tolong hargai yang tidak ISENG mengikuti SBM. Hargai yang sudah mati-matian belajar, les sana sini, tanya sana sini demi SBM yang mereka kejar. Lalu apa arti dari label 'lulus SBM' yang didapat kalian secara iseng, kalau menghargai saja tidak bisa?

Kalian yang lulus SBM iseng memang layak di PTN, tetapi maaf, kalian kehilangan respect dari saya pribadi.

Terima kasih karena sudah membaca, dan maaf karena saya menyampaikan hal ini dengan anonim. Selamat pagi.

Terakhir, salam saya untuk kalian yang lulus maupun tidak. Tetap perhatikan sikap, bagaimanapun juga sepintar-pintarnya seseorang; akan terlihat sama rendahnya dengan orang-orang dengan sikap buruknya pada sesama.