NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Rutinitas paginya kembali seperti pada saat awal-awal menikah. Ketika matahari mulai menyusupi sela-sela tirai tempat tidur, ia akan bangun dan membuka tirainya lebih lebar sebagai cara pelan yang mampu mengganggu tidur suaminya.
ㅤㅤSaat gerak-gerik tubuh yang masih berada di atas kasur itu terlihat karena rasa tak nyaman diguyuri sedikit sorotan matahari, perempuan itu akan mendekat dan menghujani lagi wajah pemilik tubuh di atas tempat tidur itu dengan kecupan bertubi-tubi. Sebuah kegiatan manis yang kadang berujung pada kesibukan tambahan di atas tempat tidur, atau sebuah rengkena yang mampu ia tolak dengan dalih banyak yang harus dilakukan pagi ini.

ㅤㅤ”Apa kau akan mencari gedungnya hari ini, Sayang?” Minho yang sudah sepenuhnya sadar karena usaha sang istri membangunkannya, berbaring menyamping. Ia masih enggan beranjak dari tempat tidur atau menyibak selimut yang menutupi tubuhnya yang setengah telanjang itu.
ㅤㅤBeberapa hari lalu, Gaeul sudah memberi tahu Minho tentang niat membuka usaha yang dicetuskan oleh ibu pria itu. Lewat informasi yang disampaikan oleh Gaeul kepada suaminya itu, terdapat juga rencana ibu Minho yang mengatakan bahwa Minho kemungkinan akan membantu dalam urusan mencari gedung—bangunan yang nantinya akan digunakan sebagai tempat bisnis dibuka. Permasalahannya, saat ini Gaeul belum secara utuh memiliki konsep usaha yang ingin ia buka. Gaeul hanya tahu dirinya akan membuka café.
ㅤㅤ”Umm… sepertinya aku akan mencari gedungnya nanti… atau kau mau membantuku?” Gaeul bertanya balik pada sang suami, sembari menuju ke kamar mandi di kamar itu. “Aku sedang mencari tahu bisnis apa yang mungkin bisa kujalankan bersama dengan café. Kurasa, jika hanya café saja, orang tak akan begitu tertarik dan penasaran.”

ㅤㅤSambil mendengarkan jawaban istrinya yang sedang memindahkan keranjang baju kotor keluar dari kamar mandi, Minho tersenyum. Sebuah senyum yang selalu diperlihatkannya tiap kali merasa bangga. Minho merasa bangga karena kemauan Gaeul untuk membuka usahanya sendiri itu ditanggapi dengan baik. Selain itu, pria tersebut sedang menikmati pesona sang istri yang tetap kelihatan memukau ketika bekerja di pagi hari, sekalipun saat sedang mengangkut keranjang baju kotor.

ㅤㅤ”Oppa, cepatlah mandi. Kau ingin sarapan apa pagi ini?” tanya Gaeul yang kini sudah berdiri di ambang pintu kamar sambil memeluk keranjang.
ㅤㅤ”Hmm..” Minho tidak langsung menjawab, yang dilakukannya malah menggaruk-garuk dagu sambil bertingkah seolah jawaban menu sarapan yang diinginkannya adalah rencana untuk menaklukan suatu negara.
ㅤㅤ”Menumu yang biasa?” Gaeul menawarkan. Usaha agar ia tak berlama-lama berdiri di sana sambil membawa keranjang, sementara suaminya mengulur waktu—entah sengaja atau tidak.
ㅤㅤ”Menuku yang biasa?”
ㅤㅤGaeul mengangguk tanpa rasa curiga akan senyum di wajah suaminya, “Iya. Dua porsi dada ayam dan susu protein, ‘kan?”
ㅤㅤMinho berdeham. Tubuhnya sedikit diangkat lebih tinggi dengan sikut yang kini membentuk sudut 45 derajat. “Apa ada dada lain yang bisa kumakan?”
ㅤㅤGaeul ingin sekali menghajar suaminya dengan cubitan atau pukulan yang tak ditujukan untuk membuat pria itu sakit, saat mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya barusan. Wajah tanpa dosa serta senyum menyeringai yang dipamerkan tiap kali pria itu berusaha menggodanya, selalu membuat jantung Gaeul berdebar lebih cepat dari biasanya. Akibat pernyataan jahil itu, wajah Gaeul juga memanas. Matanya melotot ke arah suaminya.
ㅤㅤ”Cheon Minho-ssi…”
ㅤㅤ”Han Gaeul-ssi…”
ㅤㅤ”Oh, astaga! Suamiku mesum sekali…” Gaeul geleng-geleng kepala, ia juga melenggang pergi meninggalkan kamar untuk meletakkan keranjang pakaian kotor itu ke ruang laundry yang ada di dekat garasi rumah mereka.
ㅤㅤ”Ya! Apa yang kau pikirkan? Han Gaeul-ssi! Kembali ke sini!”
ㅤㅤSeruan Minho yang meminta istrinya untuk kembali ke kamar, diselingi gelak tawa. Tidak digubris sama sekali oleh Gaeul yang kini tengah menggerutu karena suaminya selalu bisa mengocok perutnya sampai menyebabkan kedua kakinya terasa lemas dan konsentrasinya kacau, hanya dengan melontarkan sebuah perkataan frontal. Karena kata-kata Minho juga, pikiran Gaeul dipenuhi bayangan pengalaman-pengalaman liar yang suaminya sudah pernah bagi bersama.


**************


Pukul sepuluh pagi, Asisten Kim sudah mondar-mandir di dapur dan ruang tamu untuk merapikan hal yang dilewatkan Gaeul pagi tadi. Seperti beberapa majalah yang masih berserakan di kolong meja, atau gelas-gelas berdebu yang disimpan di lemari kaca lantaran jarang digunakan.
ㅤㅤGaeul duduk di kursi panjang yang ada di teras belakang. Ruang lebih di kursi itu ditempati oleh laptopnya. Sambil duduk bersila, ia mencari ide untuk konsep bisnisnya yang sudah mulai dirancang.
ㅤㅤSelain merenungkan ide bisnis di teras seperti saat ini, Gaeul juga tidak melewatkan kesempatan untuk mengumpulkan masukan-masukan dari orang lain di sekitarnya. Tiap kali secara kebetulan terpikirkan ide pun, perempuan itu langsung mencatatnya.
ㅤㅤKemarin, saat Gaeul menyambangi apartemen baru Eunjung, ia mendapat sedikit masukan soal menu di cafenya nanti.

ㅤㅤ’Kalau kau sangat suka tanaman, bagaimana jika kue-kuenya punya bentuk mirip daun atau bunga?’

ㅤㅤGaeul sangat mempertimbangkan saran tersebut sampai dirinya kini sudah mengantungi set menu makanan manis yang nantinya akan punya nama dan bentuk seperti tanaman. Paling banyak, Gaeul mengumpulkan menu dengan nama bunga. Urusan bagian dalam dan rasa, kue-kue itu mungkin akan punya variasi rasa seperti kue pada umumnya. Seperti kue berbentuk mawar dengan isi kue red velvet.
ㅤㅤDari ide yang Eunjung berikan, Gaeul juga sudah mengembangkan lagi konsep bisnisnya nanti. Ide tersebut sudah ia catat di satu dokumen yang kini sedang ditampilkan di layar laptopnya.
ㅤㅤGaeul membayangkan cafenya nanti didekorasi menyerupai sebuah rumah pohon. Dinding-dinding depannya akan dilapisi panel kayu yang sudah dipoles mengkilap. Di beberapa titik akan ada tanaman asli yang diletakkan juga dan dirawat secara rutin oleh orang sewaan atau Gaeul nanti—saat ia berkunjung ke café. Tanaman-tanaman asli itu nantinya sengaja ditanam dalam keadaan sudah tumbuh besar. Kalau memungkinkan, mungkin Gaeul akan memindahkan pohon juga ke area rooftop.
ㅤㅤKursi dan meja café itu nanti akan dibuat dari kayu pilihan yang kukuh dan tahan rayap atau pelapukan, lalu dimodifikasi dengan bantal empuk agar pengunjung café nyaman berlama-lama duduk di sana. Konsep rumah pohon inilah yang membuat Gaeul terpikirkan nama cafenya nanti akan menggunakan kata ‘tree’, pohon dalam bahasa Inggris.
ㅤㅤTidak salah, bukan, kalau Gaeul sudah membayangkan tempat usahanya nanti akan dikunjungi oleh pelanggan mancanegara?

ㅤㅤSembari terus memperluas imajinasi bisnis cafenya nanti, juga mempertimbangkan secara rasional imajinasinya itu, Gaeul menikmati secangkir the yang tersedia di meja sebelah kursi. Ia juga sengaja menyalakan pancuran di kolam renang agar suaranya bisa membuat pikiran lebih rileks dan lancar dalam menemukan ide-ide baru.
ㅤㅤAda pemikiran lain yang sebenarnya sedang Gaeul coba kembangkan saat ini. Ia terpikirkan kalau cafenya nanti akan menjual sesuatu yang lain. Mungkin souvenir atau bunga. Gaeul cenderung lebih menyukai ide menjual bunga. Akan tetapi, saat ini ia merasa ide itu belum mantap untuk ditetapkan. Beberapa kali jarinya tampak ingin mengetik tambahan ide tersebut pada dokumennya, beberapa kali juga Gaeul menghapus lagi kata-kata yang berhubungan dengan ide tersebut dan membiarkan ruang penuh dalam dokumennya tak bertambah.

ㅤㅤPandangan Gaeul berkelana ke sekitar taman minimalis di belakang rumahnya. Tumbuhan gelombang cinta menyita perhatian mata.
ㅤㅤ’Atau menjual aneka tanaman saja?’ Gaeul bertanya pada dirinya sendiri saat kedua matanya masih tersita oleh presensi tumbuhan gelombang cinta di sudut taman, yang sudah jadi sumber inspirasinya.
ㅤㅤSelain diisi kolam renang yang tak memenuhi area belakang rumah, halaman belakang rumah itu juga memiliki sisi-sisi yang diisi tanaman berukuran sedang. Bentuk halaman belakang rumah tersebut menyerupai sebuah persegi panjang. Kolam renang mengisi ruang di tengah halaman belakang, sementara taman berbentuk persegi mengapit kolam renang. Letak taman dirancang lebih tinggi dari lantai kayu halaman belakang juga kolam renang. Terdapat beberapa anak tangga kecil yang ditempati pot-pot tanaman hias juga lampion keramik berisi lampu taman. Batu-batu warna putih di sekitar taman mengelilingi tumbuhan hias yang ditanam di tengah area persegi itu. Satu yang mengisi sisi kanan kolam renang adalah tumbuhan gelombang cinta yang baru saja membuat Han Gaeul kedatangan ide.
ㅤㅤMasih karena menatap titik yang sama, Gaeul mendapatkan inspirasi lain. Deretan pot-pot dan lampion keramik yang mengisi anak tangga.

ㅤㅤKeramik.

ㅤㅤGaeul pernah mengikuti kelas membuat lampion keramik. Lampion yang dibuatnya di kelas itu, dipajang Gaeul di kamarnya dan Minho. Ia menjadikannya wadah untuk lilin aromaterapi.
ㅤㅤMelihat keramik di tamannya, Gaeul langsung mengetik sesuatu di laptop. Selagi jarinya sibuk menari di atas papan ketik, Gaeul mengingat lagi pengalamannya berkunjung ke café-café unik yang ada di beberapa negara—termasuk café lokal. Sebelumnya, Gaeul sudah pernah datang ke café yang membiarkan para pelanggannya berinteraksi dengan hewan peliharaan seperti anjing, kucing, atau kelinci. Gaeul juga pernah mengunjuni café yang menjual bunga, dan café yang juga merupakan sebuah butik pakaian. Variasi café inilah yang Gaeul cari. Namun, menggunakan apa yang sudah pernah ia kunjungi terasa kurang baginya. Ia ingin sesuatu yang baru, yang belum pernah dikunjungi olehnya atau mungkin orang-orang di dunia ini. Gaeul menempatkan dirinya sebagai konsumen yang haus akan rasa penasaran terhadap sebuah tempat unik.

ㅤㅤIde yang baru saja ditulis oleh Gaeul adalah ide tentang café yang menyediakan kelas /pottery/ dan menjual aneka karya keramik; vas, piring, cangkir, gelas, dan lain-lain. Konsep café dan pottery ini terdengar sebagai konsep baru yang unik untuk sebuah usaha. Jika dirinya adalah seorang pelanggan, mungkin Gaeul akan mempertimbangkan datang ke sana.
ㅤㅤSelain menyediakan kelas dan menjual karya keramik, Gaeul juga berencana untuk membuat keramik-keramik ini jadi wadah yang digunakan di cafenya. Ia sedikit memegang keyakinan kalau nantinya pengunjung akan mencari tahu soal wadah yang digunakan untuk makanan dan minuman café.

ㅤㅤSiapa tahu, ‘kan?

ㅤㅤKembali, Gaeul menyesap tehnya yang sudah tidak hangat—apalagi panas. Sadar akan hal itu, ia berniat turun dari kursi dank e dapur guna mengisi ulang tehnya.
ㅤㅤSaat kakinya berpijak pada selop rumah, tiba-tiba Gumi mendatangi Gaeul. Anjing dengan bulu yang lebat dan keriting itu berlari ke kedua kaki Gaeul dan langsung menggosokkan tubuh di sekitar kaki /ibu/nya.
ㅤㅤGaeul berjongkok karena ulah menggemaskan anjingnya.
ㅤㅤ”Ada apa, Gumi?”
ㅤㅤGumi menjulurkan lidah. Mata bulatnya menatap cangkir di tangan Gaeul
ㅤㅤ”Aa… kau mau teh?” Gaeul mengusap dagu Gumi dengan tangannya yang tidak memegang cangkir. Anjing itu menyalak dan memejamkan matanya, menikmati sentuhan Gaeul.

ㅤㅤMelihat tingkah lucu Gumi, Gaeul tak kuasa menahan senyum. Gumi bahkan langsung duduk dan membiarkan Gaeul menyentuhnya lebih lama. Dulu saat Gaeul masih mengandung, Gumi tidak pernah absen naik kepangkuan Gaeul yang memang lebih sering duduk di tempat tidur atau sofa ruang tamu. Anjing itu lalu akan menyentuh perut Gaeul yang masih belum memperlihatkan bentuk bulat. Kini, Gumi seakan tahu bahwa ‘calon adik’nya sudah tak berada lagi di perut Gaeul. Sebagai ganti, Gumi selalu memberikan penghiburan dalam bentuk lain.
ㅤㅤSekarang Gumi duduk meringkuk. Matanya kelihatan sayu dan mengantuk. Sentuhan-sentuhan geli di dagunya membuat ia tak lagi menggerakkan ekornya bersemangat, dan seperti bersiap untuk tidur.
ㅤㅤTiba-tiba, Gaeul terpikirkan ide lain untuk cafenya.

ㅤㅤ”Gumi-ya! Terima kasih! Kau sudah membantu Eomma!” wajah Gaeul berubah menjadi makin berseri. Binar antusiasme dan semangat tampak di kedua matanya. Apa yang baru saja hinggap di kepala Gaeul tak langsung dibiarkan lewat begitu saja. Gaeul merasa kalau sesuatu yang kini memenuhi ruang di kepalanya secara dominan itu, akan membuka sebuah keberuntungan.
ㅤㅤ”Eomma harus ambil teh dulu. Tunggu sebentar,” Gaeul mengusap kepala Gumi seraya beranjak dari posisi berjongkoknya. Sayang, Gumi tidak menuruti ucapan Gaeul dan beranjak dari posisinya. Ikut masuk ke dalam rumah, tetapi tak mengikuti Gaeul menuju dapur.
ㅤㅤBaru saja, ide nama café yang sesuai dengan bisnis Gaeul nanti dan juga konsep bangunan café, muncul dalam kepala Gaeul. Nama Gumi Potteatree dirasa cocok bagi Gaeul. Bahkan, ia sudah membayangkan bagaimana logo cafenya nanti; campuran cangkir dan wajah Gumi. Bukan wajah Gumi secara harfiah, melainkan cangkir dengan dua mata bulat warna hitam, juga bibir merah yang terinspirasi dari Gumi saat menjulurkan lidahnya tadi.


“Nyonya Han, saya mendapat pesan dari Nyonya Cheon agar menyiapkan makan malam untuk hari ini,” kata Asisten Kim yang saat ini berdiri tak jauh dari Gaeul. Nyonya rumahnya itu sedang menjadi teman kompor. Setia di sebelah benda yang sedang memasak panci rebusan daun tehnya.
ㅤㅤGaeul berpikir teh yang dibuatnya pagi hari tadi masih tersisa dan ia hanya perlu memanaskan saja. Ternyata, saat ia ke dapur untuk mengisi gelasnya dengan teh tersebut, teko teh sudah kosong.
ㅤㅤMasih bergeming di posisi, Asisten Kim menunggu respons Gaeul.
ㅤㅤ”Oh, oke. Lakukan yang Eommonin minta.”
ㅤㅤAsisten Kim membungkukkan badan dan undur diri dari hadapan Gaeul. Kemungkinan ia sedang dalam perjalanan menemui Sekyung yang stand by di garasi rumah dan meminta wanita itu untuk berbelanja bahan pangan menu makan malam bos mereka.
ㅤㅤDi dapur, Gaeul masih berkonsentrasi membuat tehnya. Uap dari teko teh yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan matangnya daun di dalam sana, membuat kening Gaeul berkeringat. Untuk menyekanya, Gaeul menggunakan punggung tangan kanannya. Dengan sabar, ia menunggu the itu siap. Bibirnya tanpa sadar menyunggingkan senyum dalam penantiannya itu. Dasar-dasar yang ia butuhkan untuk bisnisnya sudah terkumpul dan diketik. Malam nanti jika suaminya bersedia, Gaeul akan mengajak Minho untuk berdiskusi sebentar sebelum tidur tentang konsep café yang telah dikantungi Gaeul. Ia membayangkan beberapa kemungkinan reaksi yang akan Minho berikan. Beberapa reaksi itu membuat Gaeul lagi-lagi punya alasan untuk membiarkan dua sudut bibirnya tertarik tanpa sadar membentuk senyuman.
ㅤㅤTak lama kemudian, bunyi siul teko the yang melengking terdengar, pertanda bahwa teh yang sedang Gaeul rebus sudah siap angkat. Suara teko itu juga membuyarkan Gaeul dari lamunannya akan reaksi Minho dan bergegas menyelesaikan kegiatannya di dapur supaya bisa kembali ke halaman belakang, menuntaskan proses penulisan idenya.

**************
Di kamar tidur utama rumah, Cheon Minho sudah duduk di atas tempat tidur. Seperti biasa, pria itu akan memeriksa ponselnya sebelum tidur untuk memastikan barang kali ada urusan pekerjaan yang belum sempat ia tinjau hari ini dan bisa diurus langsung keesokan paginya. Namun malam itu, tidak seperti biasanya Gaeul absen di sebelah Minho. Biasanya, Gaeul akan duduk di sebelah sang suami sambil menunggu suaminya selesai memeriksa ponsel. Bahkan di malam itu Gaeul tak kelihatan di kamar. Sempat Minho mengangkat pandangannya dari layar ponsel untuk mencari keberadaan istrinya di tiap sudut kamar, atau pintu kamar. Tetapi ia tak mendapati Gaeul di sana. Tadi saat Minho baru saja pulang dan hendak mandi, Gaeul masih ada di kamar. Gaeul juga yang sudah menyiapkan piyama yang kini dikenakan oleh Minho.

ㅤㅤDi luar kamar utama itu, perempuan yang dicari-cari suaminya sedang mengendap-endap sambil mendekap laptop. Sosoknya dibalut gaun tidur satin warna lavender, lengkap dengan jubah tipis yang menutupi gaun tersebut.
ㅤㅤHan Gaeul melongokkan kepala di balik tembok pintu yang terbuka. Minho yang menyadari keberadaan istrinya di balik tembok pintu itu, mengernyitkan kening. Ia meletakkan ponselnya ke meja nakas.
ㅤㅤ”Sayang, apa yang kau lakukan?”
ㅤㅤ”Apa kau mau membaca konsep bisnis yang sudah kutulis tadi?”

ㅤㅤCheon Minho melebarkan mata tak percaya dengan apa yang ia dengar. Istrinya ini termasuk sosok yang mudah beradaptasi dengan segala situasi. Belum memiliki pengalaman berbisnis walau kedua orang tuanya memiliki bisnis rumah makan, Gaeul yang baru saja didengar Minho seperti seseorang yang profesional di bidang bisnis.
ㅤㅤ”Tentu saja. Kemari.”

ㅤㅤPelan-pelan Gaeul memunculkan seluruh dirinya di ambang pintu. Sembari mendekap laptop, ia berjalan ke arah tempat tidur. Saat sudah dekat, Gaeul naik ke tempat tidur dan duduk menekuk kedua kakinya. Ia membuka laptop di tengah kasur untuk mempersiapkan ide yang sudah ia tulis di layar laptop agar sang suami bisa melihatnya.
ㅤㅤAlih-alih fokus pada gawai yang dibawa dan ‘digelar’ Gaeul di tengah kasur mereka, Minho malah menikmati pemandangan istrinya. Rambut panjang Gaeul tergerai di balik punggung. Sebagiannya menutupi bahu kanan. Dan yang paling menarik perhatian Minho adalah bagaimana jubah tipis yang dikenakan oleh istrinya turun dari bahu kiri. Memperlihatkan tali gaun dan bahu Gaeul yang saat itu juga ingin dikecupinya.

ㅤㅤ”Aku sudah memutuskan untuk menamai cafeku dengan Gumi Potteatree!” seru Gaeul antusias. Seketika ia arahkan layar laptop ke suaminya agar pria itu bisa melihat.
ㅤㅤMinho berusaha waras dan menyimak apa yang saat ini membuat istrinya bersemangat.
ㅤㅤDeretan kata di layar laptop itu sudah dikemas dengan baik. Ada sedikit grafik-grafik—bahkan sketsa logo, yang sudah Gaeul buat. Minho yang menyakikan kesiapan itu membelalakkan mata ke arah Gaeul.
ㅤㅤ”Wah… istriku akan jadi orang sibuk sekarang…” kata Minho sembari tersenyum miring.
ㅤㅤ”Bagaimana menurutmu?” Gaeul mengerjapkan mata beberapa kali. Semakin membuat suaminya tidak sabar untuk menciumi kelopak mata itu.
ㅤㅤ”Aku setuju… pottery ide yang unik. Nama Gumi yang kau gunakan juga…” Minho mengambil jeda, “aku tidak percaya kau bisa menciptakan ide nama seperti itu.”

ㅤㅤKata-kata Minho terdengar seperti pujian di telinga Gaeul. Perempuan tersebut menunjukkan senyum senang. Kini ia membalikkan lagi layar laptop ke arahnya untuk membaca hasil kerjanya tadi siang.
ㅤㅤLagi-lagi, Minho tertegun memperhatikan figur istrinya itu. Keseriusan Gaeul justru menambah keinginan Minho untuk mengacaukan fokus Gaeul dan membawa wanita itu agar berbaring di bawahnya sesegera mungkin.
ㅤㅤ”Akan kucarikan bangunan yang kira-kira cocok untuk Gumi Potteatree…” Minho berdeham. Ia lalu bergerak merebut laptop Gaeul, dan memindahkannya ke lantai.
ㅤㅤ”Eh—apa yang kau lakukan, Oppa.. aku belum selesai…”
ㅤㅤ”Karena istriku sebentar lagi akan sibuk… aku mau menikmati waktuku berduaan dengannya sekarang,” Minho yang sempat membungkuk ke pinggir kasur untuk meletakkan laptop itu ke lantai, sudah kembali duduk tegap. Posisinya kini berhadapan dengan sang istri.
ㅤㅤMendengar ucapan suaminya, Gaeul tahu kalau mungkin Minho sudah lelah dan ingin mereka cepat-cepat menyelesaikan diskusi ini. Namun, dugaan tersebut digugurkan oleh tangan Minho yang mulai menurunkan jubah tidur Gaeul.
ㅤㅤ”Sayang… lain kali kau harus mempertimbangkan untuk tidak presentasi pekerjaan di hadapanku dengan pakaian seperti ini…” Minho yang sudah berhasil menurunkan jubah gaun tidur Gaeul, kini beralih pada tali tipis di kedua bahu perempuan itu.
ㅤㅤ”Kau membuatku jadi tidak profesional.”
ㅤㅤ
Dengan kondisi pintu kamar yang dibiarkan terbuka, suara-suara aneh yang kemudian terdengar berasal dari kamar pun bisa sampai ke lantai satu. Tetapi satu-satunya makhluk hidup yang ada di lantai satu rumah itu, tak mengerti dengan apa yang terjadi. Cuek duduk meringkuk, tak peduli berisik yang datang dari lantai dua.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.